PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM ORGANISASI ( Pertemuan 4 )
A. Pengertian dan arti Penting
Pengambilan Keputusan Dalam Organisasi
Dalam
keberlangsungan setiap kegiatan berorganisasi, pasti akan menemui sebuah
situasi dimana harus dilakukannya sebuah atau lebih suatu pengambilan
keputusan. Menurut para ahli, pengambilan keputusan merupakan proses pemilihan
antara berbagai alternatif (Shull, Delbecq, & Cummings, 1970).
Pengambilan
keputusan adalah pemilihan diantara berbagai alternatif. Untuk dapat mengambil
keputusan dengan baik, ada rangkaian proses pengambilan keputusan yang harus
dilakukan. Berikut adalah langkah yang bijaksana untuk dilakukan sebelum
mengambil keputusan berdasarkan pada konsep pengambilan keputusan itu sendiri
(Gunadarma, 2009).
Pengambilan
keputusan merupakan salah satu peranan manajer yang disebut peranan decisional
(Winardi,1990). Sedangkan organisasi adalah wadah bagi beroprasinya manajemen.
(Anzizhan,Syarafuddin.Sistem Pengambilan Keputusan Pendidikan. grasindo).
Pertama Pengambilan keputusan
adalah inti dari manajemen dalam organisasi, yaitu hal yang dilakukan oleh
ketua dalam suatu kegiatan yang dilakukan dalam organisasi untuk mengambil
suatu tindakan atau pilihan yang harus dilakukan yang akan menghasilkan
keputusan untuk kebaikan bersama (stephen P.Robbins: manajemen). Yang
kedua, Terry, definisi pengambilan keputusan adalah pemilihan alternatif
perilaku dari dua alternatif atau lebih ( tindakan pimpinan untuk menyelesaikan
masalah yang dihadapi dalam organisasi yang dipimpinnya dengan melalui
pemilihan satu diantara alternatif-alternatif yang dimungkinkan).
Menurut Siagian pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan terhadap hakikat suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta dan data, penentuan yang matang dari alternatif yang dihadapi dan pengambilan tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat.
Dari ketiga pengertian diatas
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa keputusan itu diambil dengan sengaja, tidak
secara kebetulan, dan tidak boleh sembarangan. Masalahnya telebih dahulu harus
diketahui dan dirumuskan dengan jelas, sedangkan pemecahannya harus didasarkan
pemilihan alternatif terbaik dari alternatif yang ada.
B. Jenis-jenis Keutusan Dalam
Organisasi
1. Pengambilan Keputusan Berdasarkan
Intuisi
Keputusan
yang diambil berdasarkan intuisi atau perasaan lebih bersifat subjektif yaitu
mudah terkena sugesti, pengaruh luar, dan faktor kejiwaan lain. Pengambilan
keputusan yang berdasarkan intuisi membutuhkan waktu yang singkat Untuk
masalah-masalah yang dampaknya terbatas, pada umumnya pengambilan keputusan
yang bersifat intuitif akan memberikan kepuasan. Akan tetapi, pengambilan
keputusan ini sulit diukur kebenarannya karena kesulitan mencari pembandingnya
dengan kata lain hal ini diakibatkan pengambilan keputusan intuitif hanya
diambil oleh satu pihak saja sehingga hal-hal yang lain sering diabaikan.
2. Pengambilan Keputusan Rasional
Keputusan yang bersifat rasional berkaitan dengan daya guna. Masalah
– masalah yang dihadapi merupakan masalah yang memerlukan pemecahan rasional.
Keputusan yang dibuat berdasarkan pertimbangan rasional lebih bersifat
objektif. Dalam masyarakat, keputusan yang rasional dapat diukur apabila
kepuasan optimal masyarakat dapat terlaksana dalam batas-batas nilai masyarakat
yang di akui saat itu.
3. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Fakta
Ada yang berpendapat bahwa sebaiknya pengambilan keputusan didukung
oleh sejumlah fakta yang memadai. Sebenarnya istilah fakta perlu dikaitkan
dengan istilah data dan informasi. Kumpulan fakta yang telah dikelompokkan
secara sistematis dinamakan data. Sedangkan informasi adalah hasil pengolahan
dari data. Dengan demikinan, data harus diolah lebih dulu menjadi informasi
yang kemudian dijadikan dasar pengambilan keputusan. Keputusan yang berdasarkan sejumlah
fakta, data atau informasi yang cukup itu memang merupakan keputusan yang baik
dan solid, namun untuk mendapatkan informasi yang cukup itu sangat sulit.
4. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Pengalaman
Sering
kali terjadi bahwa sebelum mengambil keputusan, pimpinan mengingat-ingat apakah
kasus seperti ini sebelumnya pernah terjadi. Pengingatan semacam itu biasanya
ditelusuri melalui arsip-arsip penhambilan keputusan yang berupa dokumentasi
pengalaman-pengalaman masa lampau. Jika ternyata permasalahan tersebut pernah
terjadi sebelumnya, maka pimpinan tinggal melihat apakah permasalahan tersebut
sama atau tidak dengan situasi dan kondisi saat ini. Jika masih sama kemudian
dapat menerapkan cara yang sebelumnya itu untuk mengatasi masalah yang
timbul. Dalam hal tersebut, pengalaman memang dapat dijadikan pedoman
dalam menyelesaikan masalah. Keputusan yang berdasarkan pengalaman sangat
bermanfaat bagi pengetahuan praktis. Pengalaman dan kemampuan untuk
memperkirakan apa yang menjadi latar belakang masalah dan bagaimana arah
penyelesaiannya sangat membantu dalam memudahkan pemecaha masalah.
5.
Pengambilan Keputusan Berdasarkan Wewenang
Banyak
sekali keputusan yang diambil karena wewenang (authority) yang
dimiliki. Setiap orang yang menjadi pimpinan organisasi mempunyai tugas dan
wewenang untuk mengambil keputusan dalam rangka menjalankan kegiatan demi
tercapainya tujuan organisasi yang efektif dan efisien. Keputusan yang
berdasarkan pada wewenang semata akan menimbulkan sifat rutin dan
mengasosiasikan dengan praktik dictatorial. Keputusan berdasarkan wewenang
kadangkala oleh pembuat keputusan sering melewati permasahan yang seharusnya
dipecahkan justru menjadi kabur atau kurang jelas.
C .
Implikasi Manajerial Kepemimpian Dalam Organisasi
Dalam kamus
besar bahasa Indonesia implikasi mempunya arti yaitu akibat.kata implikasi sendiri
dapat merujuk ke beberapa aspek salah satu aspek yang akan saya bahas kali ini
implikasi manajerial. Dalam manajemen sendiri terdapat 2 implikasi yaitu :
1. Implikasi prosedural
meliputi tata cara analisis, pilihan representasi, perencanaan kerja dan
formulasi kebijakan
2.
Implikasi kebijakan meliputi sifat substantif, perkiraan ke depan dan perumusan
tindakan.
Jadi implikasi manajerial memiliki arti Proses
Pengambilan Keputusan Partisipatif Dalam Organisasi manajerial yang baik.
Teori Managerial Grid
Teori dikemukakan oleh Robert K. Blake dan Jane S.
Mouton yang membedakan dua dimensi dalam kepemimpinan, yaitu “concern for
people” dan “concern for production”. Pada dasarnya teori managerial grid ini
mengenal lima gaya kepemimpinan yang didasarkan atas dua aspek tersebut, yaitu
:
1.
Improvised artinya pemimpin menggunakan usaha yang paling sedikit untuk
menyelesaikan tugas tertentu dan hal ini dianggap cukup untuk mempertahankan
organisasi.
2. Country Club artinya
kepemimpinann didasarkan kepada hubungan informal antara individu artinya
perhatian akan kebutuhan individu dengan persahabatan dan menimbulkan suasana
organisasi dan tempo kerja yang nyaman dan ramah.
3. Team yaitu
kepemimpinan yang didasarkan bahwa keberhasilan suatu organisasi tergantung
kepada hasil kerja sejumlah individu yang penuh dengan pengabdian dan komitmen.
Tekanan untama terletak pada kepemimpinan kelompok yang satu sama lain saling
memerlukan. Dasar dari kepemimpinan kelompok ini adalah kepercayaan dan
penghargaan.
4.
Task artinya pemimpin memandang efisiensi kerja sebagai factor utama
keberhasilan organisasi. Penampilan terletak pada penampilan individu dalam
organisasi.
5.
Midle Road artinya kepemimpinan yang menekankan pada tingkat keseimbangan
antara tugas dan hubungan manusiawi , dengan kata lain kinerja organisasi yang
mencukupi dimungkinkan melalui penyeimbangan kebutuhan untuk bekerja dengan
memelihara moral individu pada tingkat yang memuaskan.
Komunikasi
Organisasi
Dalam system komunikasi organisasi, partisipatif telah
menggunakan komunikasi dua arah, yaitu system atau pola komunikasi yang akan
menghasilkan umpan balik secara langsung dari komunikan untuk dijadikan
evaluasi. Pemimpin akan sering berkomunikasi dengan bawahan dalam merumuskan
hal-hal yang dapat dirumuskan dengan bawahan. Hal ini menunjukkan bahwa
komuniksai harus berfungsi juga sebagai persuatif dan regulative. Kepemimpinan
situasional memungkinkan seorang pemimpin melaksanakan kepemimpinannya sesuai
dengan kondisi yang terjadi. Untuk komunikasi satu arah seperti Telling,
mengharuskan pemimpin untuk lebih banyak mengarahkan, hal ini dilakukan agar
tugas yang dilaksanakan sesuai dengan alur atau tujuan yang telah ditetapkan.
Komunikasi satu arah akan mengalami kesulitan dalam menerima umpan balik
sebagai evaluasi bagi organisasi. Terkadang dengan komunikasi satu arah,
kondisi kerja akan terasa kaku karena bersifat formal.
Dalam kepemimpinan situsional yang dikembangkan
menjadi empat bagian, membutuhkan komunikasi karena pada dasarnya kepemimpinan
mempengaruhi orang. Dalam kepemimpinn ini, Delegating dengan tugas dan perilaku
yang rendah menjdi aspek yang paling disukai apabila bawahan memiliki tingkat
kesiapan yang tinggi, karena ada kebebasan dan kepercayaan dari pemimpin untuk
berpartisipasi.
Daftar pustaka:
Universitas Gunadarma,
2009. Proses Organisasi
Anzizhan,Syarafuddin.Sistem
Pengambilan Keputusan Pendidikan. Grasindo
P.Robbins, Stephen
& Mary Coulter. 2005. Management, eight edition. Erlangga:
Jakarta